PEMORELEHAN BAHASA PADA ANAK oleh sigit pamungkas
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan bahasa memegang
perana penting. Bahasa digunakan untuk berkomunikasi dengan sesama, manusia
membutuhkan bahasa sebagai medianya. Dengan kata lain, bahasa adalah alat
komunikasi antar anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan alat
ucap manusia untuk menyampaikan atau menerima pesan, ide, gagasan dan
informasi. Bahasa juga mempermudah masyarakat dalam bersosialisiasi dengan
lingkungan sekitar tanpa bahasa manusia
akan merasa kesulitan melakukan apapun.
Penelitian tentang pemerolehan
bahasa pada umumnya dilakukan terhadap output yang dihasilkan anak, karena
sulitnya mengamati bagaimana proses itu terjadi. Pemerolehan bahasa anak dapat
dikatakan mempunyai ciri-ciri kesinambungan,
memiliki suatu rangkaian kesatuan, yang bergerak dari ucapan satu kata
sederhana menuju gabungan kata yang lebih rumit. Menurut Sasangka (2000:25),
tingkat pemerolehan bahasa anak yang berada pada usia 3,0-4,0 tahun berada pada
masa menjelang tata bahasa dewasa. Pada masa ini, anak sudah menghasilkan
kalimat-kalimat yang rumit. Dilihat dari pemerolehan semantiknya, anak yang
berada pada usia tersebut berada pada tahap medan semantik. Pada tahap ini,
anak sudah bisa mengatakan makna yang sebenarnya karena anak sudah banyak
menguasai kata. Kata yang diucapkan anak berasal dari kelas kata nomina, verba,
dan adjektiva.
Atas dasar uraian diatas penelitian
ini dilakukan untuk mengetahui pemerolehan bahasa anak usia 2 tahun pada tataran sintaksis, semantik, dan
fonologi. Objek dalam penelitian ini yaitu seorang anak perempuan berusia 2
tahun bernama SACHIO.
B Fokus Masalah
Pemerolehan bahasa yang terjadi pada
anak mencakup tiga aspek, yaitu pemerolehan fonologi, pemerolehan sintaksis,
dan pemerolehan semantik. Pemerolehan fonologi berhubungan dengan bunyi-bunyi
yang dihasilkan oleh alat ucap anak.
C. Rumusan Masalah
Sesuai dengan fokus masalah di atas,
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakan pemerolehan bahasa
pertama anak usia 2 tahun dari segi
pemerolehan bidang fonologi ?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan
pemerolehan bahasa pertama anak usia 3 tahun dari segi pemerolehan bidang
fonologi.
E. Kajian Teori
Chaer (2009: 167) menyatakan bahwa
pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam
otak seseorang kanak-kanak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa
ibunya. Ada dua proses yang terjadi ketika seorang kanak-kanak sedang
memperoleh bahasa pertamanya, yaitu proses kompetensi dan proses performansi.
Kompetensi adalah proses penguasaan tata bahasa yang berlangsung secara tidak
disadari. Proses kompetensi ini menjadi syarat untuk terjadinya proses
performansi yang terdiri dari dua proses, yakni proses pemahaman dan proses
penerbitan atau proses menghasilkan kalimat-kalimat. Kedua jenis proses
kompetensi ini apabila telah dikuasai kanak-kanak akan menjadi kemampuan
linguistik kanak-kanak itu.
Beberapa linguis generatif (Tarigan,
2009: 38) yakin bahwa suatu tata bahasa terdiri atas tiga komponen utama yang
masing-masing komponen melukiskan seperangkat kaidah linguistik tertentu, yaitu
komponen sintaksis, komponen semantik, dan komponen fonologi. Komponen
sintaksis menjumlahkan suatu perangkat tali simbol tata bahasa yang tidak
terbatas banyaknya, masing-masing dengan pemerian struktural yang tepat.
Komponen semantik beroperasi pada rangkaian formatif bersama-sama dengan
pemerian strukturalnya yang menghasilkan suatu interpretasi semantik bagi
setiap tali atau untaian. Komponen fonologi memetakan setiap tali sintaksis
menjadi gambaran ciri-ciri fonetik yang paling terperinci, yaitu menyajikan
setiap kalimat dengan ucapannya.
Dari deskripsi di atas dapat
dinyatakan bahwa pemerolehan bahasa anak merupakan suatu proses yang
berlangsung terus-menerus secara bertahap. Pemerolehan bahasa seseorang dapat
dinilai atau dilihat dari sistem komunikasi linguistiknya yang berada pada
tataran sintaksis, tataran semantik, dan tataran fonologi. Oleh karena itu,
penelitian tentang pemerolehan bahasa anak secara mendalam dengan memerhatikan
ketiga tataran tersebut terasa sangat penting dilakukan.
Pemerolehan
Bahasa dalam Bidang Fonologi
Kridalaksana (2007:2), fonologi
adalah ilmu tentang bunyi pada umumnya fonetik sedangkan bunyi bahasa diteliti
atau di uraikan dalam fonologi. Istilah fonologi, yang berasal dari gabungan
kata Yunani phone ‘bunyi’ dan ‘logos’ tatanan, kata, atau ilmu’ dlsebut juga
tata bunyi. Bidang ini meliputi dua bagian. Fonetik, yaitu bagian fonologi yang
mempelajari cara menghasilkan bunyi bahasa atau bagaimana suatu bunyi bahasa
diproduksi oleh alat ucap manusia.
Fonemik,
yaitu bagian fonologi yang mempelajari bunyi ujaran menurut fungsinya sebagai
pembeda arti. Bunyi ujaran yang bersifat netral, atau masih belum terbukti
membedakan arti disebut fona, sedang fonem ialah satuan bunyi ujaran terkecil
yang membedakan arti. Variasi fonem karena pengaruh lingkungan yang dimasuki
disebut alofon. Gambar atau lambang fonem dinamakan huruf. Jadi fonem berbeda
dengan huruf. Untuk menghasilkan suatu
bunyi atau fonem, ada tiga unsur yang penting yaitu :
1) Udara,
2) Artikulator atau bagian alat ucap yang
bergerak, dan
3) Titik artikulasi atau bagian alat ucap
yang menjadi titik sentuh artikulator.
Vokal
dan Konsonan
Vokal adalah fonem yang dihasilkan
dengan menggerakkan udara keluar tanpa rintangan. Konsonan adalah fonem yang
dihasilkan dengan menggerakkan udara keluar dengan rintangan. Yang dimaksud dengan rintangan dalam hal ini
adalah terhambatnya udara keluar oleh adanya gerakan atau perubahan posisi
artikulator .
Fonem dan Pembuktiannya Fonem adalah
satuan bunyi terkecil yang berfungsi membedakan arti. Fonem dapat dibuktikan
melalui pasangan minimal. Pasangan minimal adalah pasangan kata dalam satu
bahasa yang mengandung kontras minimal.
Memahami bunyi merupakan sesuatu hal
yang dipandang penting dalam pembelajaran bahasa. Seorang peneliti bahasa akan
sutit mengidentifikasi bahasa jika ia tidak menguasai bunyi bahasa. Dengan
memahami bagaimana suatu kata dibunyikan dengan baik, seorang pembelajar bahasa
akan semakin cepat menguasai bahasa yang hendak dipelajari. Oleh sebab itu,
penguasaan bunyi dipandang penting dalam pembelajaran bahasa dan penelitian
bahasa (Samsuri, 1987:91)
Pemerolehan Bahasa dalam Bidang Fonologi
Dalam pemerolehan bahasa, masukan
merukan faktor yang sangat penting dan sangat menentukan. Manusia tidak akan dapat menguasai
bahasa apabila tidak ada masukan
komprehensif. Pandangan mentalistik yang menyatakan bahwa anak telah dibekali
dengan bekal kodrati pada saat dilahirkan. Disampin itu, dalam bahasa juga
terdapat konsep universal sehingga anak secara mental telah mengetahui
kodrat-kodrat yang unversal. Chomsk (dikutif Dardjowidjojo, 2005:244),
mengibaratkan anak sebagai entitas yang seluruh tubuhnya telah dipasang tombol
serta kabel listrik: mana yang dipencet, itulah yang akan menyebabkan bola
lampu tertentu menyala. Jadi, bahasa mana dan wujudnya seperti apa ditentukan
oleh input dari sekitar.
Pada
waktu dilahirkan, anak hanya memiliki sekitar 20% dari otak dewasanya. Ini
berbeda dengan binatang yang sudan memiliki sekitar 70%. Karena perbedaan
inilah maka binatang sudah dapat melakukan banyak hal segera setelah lahi,
sedangkan manusia hanya bisa menangis dan menggerak-gerakkan badannya. Pada
umur 6 minggu, anak mulai mengeluarkan bunyi-bunyi yang mirip dengan bunyi
konsonan atau vokal. Bunyi-bunyi ini belum dapat dipastikan bentuknya karena
memang belum terdengar jelas. Sementara pada umur 6 bulan, anak mulai
mencampurkan konsonan dengan vokal sehingga membentuk apa yang ada dalam bahasa
Inggri dinnamakan babbling atau celotehan (Dardjowodjojo 2000:63). Celotehan
dimulai dengan konsonan dan diikuti oleh sebuah vokal. Konsonan yang keluar pertama
adalah konsonan bilabial hambat dan bilabial nasal. Vokalnya adalah /a/.
F. Metodologi Penelitian
1.
Subjek Lokasi Dan Seting Penelitian
Objek penelitian ini adalah seorang
anak laki-laki yang bernama Sachio. Chio panggilan akrabnya lahir di Yogyakarta
pada tanggal 12 Juli 2009. Subjek penelitian ini adalah anak pemilik kos
peneliti, yang merupakan anak pertama
dari Bapak Ari S.pd dan Ibu Hesty
.
pekerjaan ayahnya adalah seorang guru pendidikan jasmani dan kesehatan dan ibu
seorang ibu rumah tangga. Adapun lokasi penelitian ini adalah Jl Gambiran Umbul
harjo. Kos Putra Puri Mentaok nomor 182 Yogyakarta.
2. Teknik Penelitian
Teknik
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu
teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.
3. Teknik Pengumpulan Data
Untuk
mengumpulkan data tentang pemerolehan bahasa pertama anak usia 3 tiga tahun
dari segi pemerolehan bidang fonologi. Teknik pengumpulan data adalah cara yang
digunakan untuk mendapatkan data yang
diperlukan dalam suatu penelitian.Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
metode simak bebas cakap. Metode ini dilakukan untuk memperoleh data dengan
cara menyimak. Teknik dasar dari metode simak bebas cakap berwujud teknik sadap
dengan menggunakan rekaman.
4. Hasil Penelitian
Data 1 Transkrip
Percakapan (Ibu dengan Sachio)
Ibu : Sachio mau pakai baju apa?
Sachio
: Ultlamen
nda (Ultramen bunda)
Ibu
:
Chio, sekarang sudah wangi kan?
Sachio
: Iyah cudah angih nda (Iya sudah wangi bunda)
TABEL 1
Kata Sebernarnya
|
Sachio
|
Satuan Fonem Yang
Lesap
|
Perubahan Fonem
|
Ultramen
|
Ultlamen
|
/r/
|
/l/
|
Desi
|
Esi
|
/d/
|
-
|
Wangi
|
Angih
|
/w/
|
/h/
|
Sudah
|
Cudah
|
/S/
|
/c/
|
Data 2 Transkip
Percakapan ( Penghuni kos dengan Sachio)
Sachio : 1. Om Cigit ( Om Sigit)
2. Om
Aga ( Om Angga)
3. Tante
Ciwi ( Tante Siwi)
4. Om
Ayo ( Om Aryo)
Penghuni kos : Mau kemana chio?
Sachio : Main cama ayah ( Main sama ayah)
Penghuni kos : Bunda kemana chio?
Sachio : apul ( Dapur)
Penghuni kos : Panggilin bundanya
Sachio : Iya, nda ada um ayo ( Iya, Bunda
ada om Aryo)
Penghuni kos : maem sama apa chio?
Sachio : Cini om oti (Sini Om Roti)
TABEL 2
Kata Sebernarnya
|
Sachio
|
Satuan Fonem Yang
Lesap
|
Perubahan Fonem
|
-
Om Sigit
-
Om Angga
-
Tante Siwi
-
Om Aryo
|
Om Cigit
Om Aga
Tante Ciwi
Om Ayo
|
/s/
/ng/
/s/
/r/
|
/c/
-
/c/
-
|
Sama
|
Cama
|
/s/
|
/c/
|
Dapur
|
Dapul
|
/r/
|
/l/
|
Sini
|
Cini
|
/s/
|
/c/
|
Roti
|
Oti
|
/r/
|
-
|
Data 3 Transkip
Percakapan Ayah dengan Sachio
Ayah : Ini kartun apa chio ?
(menunjuk ke arah televisi)
Sachio : Dolaemon ( Doraemon)
Ayah : Warnanya apa doraemon?
Sachio : Bilu ( Biru)
Ayah : Chio suka ya?
Sachio : Cuka yah (Suka yah)
TABEL 3
Kata Sebernarnya
|
Sachio
|
Satuan Fonem Yang
Lesap
|
Perubahan Fonem
|
Doraemon
|
Dolaemon
|
/r/
|
/l/
|
Biru
|
Bilu
|
/r/
|
/l/
|
Suka
|
Cuka
|
/s/
|
/c/
|
BAB II
PEMBAHASAN
Pemerolehan bahasa pada tataran
fonologi Sachio selaku objek penelitian kami, sudahlah cukup baik. Tidak
terdapat adanya penyimpangan yang berarti dalam tuturan yang dihasilkan ataupun
diperoleh. Pemerolehan bahasa anak usia 2 tahun seperti halnya Sachio yang
menjadi objek penelitian kami berada pada tahap perkembangan kalimat. Sachio
sudah dapat mengenal pola dialog, sudah mengerti kapan gilirannya berbicara dan
kapan giliran lawan tuturnya berbicara terdapat adanya interaksi komunikasi
yang sejalan secara normal. Sachio telah menguasai hukum-hukum tata bahasa yang
pokok dari penyampaian tuturan orang dewasa, perbendaharaan kata yang dia
miliki sudah mulai berkembang, dan perkembangan fonologi dapat dikatakan telah
berakhir. Mungkin masih ada kesukaran pengucapan beberapa konsonan namun segera
akan berhasil dilalui anak seiring berjalannya kedewasaan.
Dari hasil penelitian yang dipaparkan
di atas, bunyi-bunyi yang diucapkan oleh Sachio seorang anak berumur 2 tahun .
Dia telah banyak memperoleh dan memproduksi berbagai fonem yang dapat
membedakan arti kata-kata yang dapat diucapkan. Proses fonologis yang dialami
oleh Sachio menunjukan adanya kesesuaian dengan pemerolehan bahasa yang
kemungkinan besar dialami oleh
kanak-kanak lain seusianya pada umumnya.
Dalam hal ini, sachio juga mengalami
proses fonologis yang mengakibatkan perubahan bunyi /r/ menjadi /l/. Bunyi /r/
dan /l/ sama-sama berada pada titik artikulasi alveolum, Kemudian konsonan [r],
[s], [g]. konsonan [r] Sachio mengganti konsonan [l], konsosna [s],
diganti konsonan [c] dan konsonan [g]
diganti [j].dengan demikian perubahan ini wajar bagi anak seusia Sachio.
BABIII
PENUTUP
Berdasarkan data dan pembahasan
yang dilakukan dalam penelitian Pemerolehan bahasa anak usia 2 tahun pada
Sachio, berada pada tahap perkembangan kalimat. Anak sudah mengenal pola
dialog, sudah mengerti kapan gilirannya berbicara dan kapan giliran lawan
tuturnya berbicara. Anak telah menguasai hukum-hukum tata bahasa yang pokok
dari orang dewasa, perbendaharaan kata berkembang, dan perkembangan fonologi
dapat dikatakan telah berakhir. Mungkin masih ada kesukaran pengucapan beberapa
konsonan namun segera akan berhasil dilalui anak.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat
disimpulan bahwa Sachio telah banyak
menyebutkan bunyi-buyi konsonan ( b, c, d, g, j, k, l, n, s, t, u) dan vokal
(a, i, u, e, dan o) sementara ada beberapa konsonan yang belum bisa di ucapkan
oleh Sachio yaitu konsonan (f, q, x, dan z), sementara konsonan [r], [s], [g].
konsonan [r] Sachio mengganti konsonan [l], konsosna [s], diganti konsonan [c] dan konsonan [g] diganti [j].
DAFTAR PUSTAKA
Chaer,
Abdul. 2009. Psikolinguistik: Kajian
Teoretik. Jakarta: Rineka Cipta.
Dardjowidjojo,
Soenjono. 2005. Psikolinguistik Pengantar
Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Unika Atma Jaya.
http://bilikide.blogspot.com
/2009/03/ fonologi.htm di unduh pada tanggal 7 Desember 2014.
Kridalaksana,
Hari Murti. 2009. Pembentukan Kata dalam
Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Lampiran foto SACHIO:
Posting Komentar
komentar harus sopan