DASAR DASAR LINGUISRTIK ALIRAN STRUKTURAL DAN PENGARUHNYATERHADAP TATA BAHASA INDONESIA
KELOMPOK
Disusun Oleh :
Nursyamsamsi Sa’adah Makotyamsa(1400003027)
KATA PENGANTAR
Puji syukur
kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan
sehingga saya dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga
makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun
pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam profesi keguruan.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki
bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena
pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada
para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
yogyakarta, oktober 2014
penyusun
DAFTAR
ISI
Cover
……………………………1
Kata
pengantar
……………………………2
Daftar isi
……………………………3
BABI
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masalah
……………………………6
Rumusan
Masalah
……………………………6
Tujuan
……………………………6
BAB II
PEMBAHASAN
Munculnya
Aliran Tradisional
……………………………7
Tahapan
Studi Linguistik ……………………………7
BAB III
SEJARAH DAN
ALIRAN
LINGUISTIK
Linguistik
Tradisional
…………………………..8
Sejarah
Linguistik
……………………………8
BAB IV
LINGUISTIK DAN
TATA BAHASA
Linguistik Struktural ……………………………12
Linguistic
transformasional ……………………………14
Tata Bahasa
transformasi
……………………………14
Semantic
generative
……………………………15
Tata Bahasa
Khusus
……………………………15
BAB IV
ASPEK LINGUISTIK
DI INDONESIA
Tentang
linguistik di
Indonesia ……………………………17
Kajian
Fonologi ……………………………17
Definisi
Fonologi ……………………………18
Klasifikasi
Fokal ……………………………18
Bunyi
konsonan pembentukan Konsonan ……………………………19
BAB VI
PENUTUP
Kesimpulan ……………………………20
Daftar
Pustaka ……………………………21
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Dalam berbagai kamus umum, linguistik didefinisikan sebagai
‘ilmu bahasa’ atau ‘studi ilmiah mengenai bahasa’ (Matthews 1997). Dalam The
New Oxford Dictionary of English (2003), linguistik didefinisikan sebagai
berikut:
“The
scientific study of language and its structure, including the study of grammar,
syntax, and phonetics. Specific branches of linguistics include
sociolinguistics, dialectology, psycholinguistics, computational linguistics,
comparative linguistics, and structural linguistics.”
Ilmu
bahasa yang dipelajari saat ini bermula dari penelitian tentang bahasa sejak
zaman Yunani (abad 6 SM). Secara garis besar studi tentang bahasa dapat
dibedakan antara (1) tata bahasa tradisional dan (2) linguistik modern.
Selanjutnya Linguistik dapat dibagi menjadi beberapa cabang yaitu, fonologi,
morfologi, sintaksis, dan semantik.
B. Rumusan
Masalah
1. apa itu aliran struktural
linguistik?
2. kapan munculnya aliran struktural ?
3. apa saja ciri-ciri aliran struktural?
C. Tujuan
1. mengerti apa itu aliran strukturall
2. memahami ciri-ciri aliran struktural
3. mengerti kelebihan dan kelemahan
aliran tradisional pada bahasa.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Munculnya
Aliran Tradisional
Pada abad IV SM, seorang ahli filsafat bernama Plato (429
SM-348 SM) menelorkan pembagian jenis kata bahasa Yunani Kuno dalam kerangka
telaah filsafatnya. Plato membagi jenis kata bahasa Yunani Kuno menjadi dua
golongan yakni onoma dan rhema. Onoma adalah jenis kata yang biasanya menjadi pangkal pernyataan
atau pembicaraan. Adapun rhema adalah
jenis kata yang biasanya dipakai untuk mengungkapkan pernyataan atau
pembicaraan. Secara awam atau secara mudahnya onoma ini lebih kurang dapat
disejajarkan dengan kata benda, sedangkan rhema lebih kurang disejajarkan
dengan kata kerja atau kata sifat. Selanjutnya, Aristoteles (384 SM-322 SM)
membagi jenis kata bahasa Yunani Kuno menjadi tiga golongan yakni onoma, rhema, dan syndesmos.
Perkembangan ilmu bahasa sampai pada masa itu terbatas pada
telaah kata saja, khususnya tentang jenis kata. Tata bahasa atau gramatikal
baru mulai diperhatikan pada akhir abad (130 SM) oleh Dyonisius Thrax. Buku
tata bahasa yang pertama disusun itu berjudul “Techne Gramatike”. Buku inilah yang kemudian menjadi anutan para
ahli tata bahasa yang lain yang kemudian dikenal sebagai penganut aliran
tradisionalisme. Pada zaman ini pembagian jenis kata sudah mencapai delapan,
yakni: (1) nomina, (2) pronominal, (3) artikel, (4) verba, (5) adverbial, (6)
preposisi, (7) partisipium, (8) konjugasi.
B. Tahapan Studi Linguistik
1)
Tahap
pertama yaitu tahap spekulasi maksudnya pernyataan tentang bahasa tidak
didasarkan pada data empiris, melainkan pada dongeng/cerita dan klasifikasi.
2)
Tahap
kedua, tahap observasi dan klasifikasi. Pada tahapan ini diadakan pengamatan
dan penggolongan terhadap bahasa-bahasa yang diselidiki, tetapi belum sampai
pada merumuskan teori.
3)
Tahap
ketiga, tahap perumusan teori atau membuat teori-teori, sehingga dapat
dikatakan bersifat ilmiah.
BABIII
SEJARAH DAN ALIRAN LINGUISTIK
A. Linguistik Tradisional
Sejarah
Linguistik dimulai dari linguistik tradisional, Tata bahasa tradisional
menganalisis bahasa berdasarkan filsafat dan semantik; sedangkan tata bahasa
struktural berdasarkan struktur atau ciri-ciri formal yang ada dalam suatu
bahasa tertentu. Misalnya dalam merumuskan kata kerja, tata bahasa
tradisional mengatakan kata kerja adalah kata yang menyatakan tindakan atau
kejadian; sedangkan tata bahasa struktural menyatakan kata kerja adalah kata
yang dapat berdistribusi dengan frase “dengan . . . .”.
B. Sejarah
Linguistik
1) Linguistik
Zaman Yunani
Dalam
perkembangannya di dalam aliran linguistik tradisional dikenal linguistik zaman
Yunani. Sejarah studi bahasa pada zaman Yunani ini sangat panjang, yaitu dari
lebih kurang abad ke-5 S.M sampai lebih kurang abad ke 2 M. Masalah pokok
kebahasaan yang menjadi pertentangan pada linguis pada waktu itu adalah
pertentangan antara bahasa bersifat alami (fisis) dan bersifat konvensi
(nomos). Bersifat alami atau fisis maksudnya bahasa itu mempunyai hubungan
asal-usul, sumber dalam prinsip-prinsip abadi dan tidak dapat diganti di luar
manusia itu sendiri. kaum naturalis adalah kelompok yang menganut faham itu,
berpendapat bahwa setiap kata mempunyai hubungan dengan benda yang ditunjuknya.
Atau dengan kata lain, setiap kata mempunyai makna secara alami, secara fisis.
Sebaliknya kelompok lain yaitu kaum konvensional, berpendapat bahwa bahasa
bersifat konvensi, artinya, makna-makna kata itu diperoleh dari hasil-hasil
tradisi dan kebiasaan-kebiasaan yang mempunyai kemungkinan bisa berubah.
Selanjutnya
yang menjadi pertentangan adalah antara analogi dan anomali. Kaum analogi
antara lain Plato dan Aristoteles, berpendapat bahwa bahasa itu bersifat
teratur. Karena adanya keteraturan itulah orang dapat menyusun tata bahasa.
Jika tidak teratur tentu yang dapat disusun hanya idiom-idiom saja dari bahasa
itu. Sebaliknya, kelompok anomali berpendapat bahwa bahasa itu tidak teratur.
Kalau bahasa itu tidak teratur mengapa bentuk jamak bahasa Inggris child
menjadi children, bukannya childs; mengapa bentuk past tense bahasa Inggris
dari write menjadi wrote dan bukannya writed ?
Kelompok-kelompok
yang termasuk dalam aliriran ini adalah Kaum Sophis (abad ke-5 S.M), Plato
(429-347 S.M), Aristoteles (384-322 S.M), Kaum Stoik (Abad ke-
4S.M), Kaum Alexandrian.
2) Linguistic Zaman Romawi
Kemudian
dikenal lingistik zaman Romawi. Studi bahasa pada zaman Romawi dapat
dianggap kelanjutan dari zaman Yunani, sejalan dengan jatuhnya Yunani dan
munculnya kerajaan Romawi. Tokoh pada zaman romawi yang terkenal antara lain,
Varro (116 – 27 S.M) dengan karyanya De Lingua Latina dan Priscia dengan
karyanya Institutiones Grammaticae.
3) Linguistik Zaman Pertengahan
Lalu,
linguistik zaman Pertengahan. Studi bahasa pada zaman pertengahan di
Eropa mendapat perhatian penuh terutama oleh para filsuf skolastik, dan bahasa
Latin menjadi Lingua Franta, karena dipakai sebagai bahasa gereja, bahasa
diplomasi, dan bahasa ilmu pengetahuan. Berikutnya, linguistik zaman Renaisans.
Dalam sejarah studi bahasa ada dua hal pada zaman renaisans ini yang menonjol
yang perlu dicatat, yaitu :
a)
Selain
menguasai bahasa Latin, sarjana-sarjana pada waktu itu juga menguasai bahasa
Yunani, bahasa Ibrani, dan bahasa Arab.
b)
Selain
bahasa Yunani, Latin, Ibrani, dan Arab, bahasa-bahasa Eropa lainnya juga
mendapat perhatian dalam bentuk pembahasan, penyusunan tata bahasa dan malah
juga perbandingan
4). Zaman Renaisans
Zaman renaisans merupakan
pembukaan bagi abad pemikiran modern dalam studi linguistik. Hal itu
dikarenakan pada zaman ini banyak sarjana yang menguasai bahasa Yunani, Ibrani,
Latin, dan Arab. Selain itu, mereka juga mengkaji, menyusun, dan membuat
perbandingan terhadap bahasa-bahasa tersebut.
5). Linguistik bahasa Ibrani dan bahasa Arab
Penelitian dalam linguistik bahasa
Ibrani dan bahasa Arab dilakukan karena kedudukan kedua bahasa tersebut dalam
agama Islam dan agama Yahudi. Dalam studi linguistik bahasa Ibrani diterbitkan
buku berjudul De Rudimentis Hebraicis karangan Reuchlin yang membahas mengenai
penggolongan kata dalam bahasa Ibrani.Sedangkan studi linguistik bahasa Arab
terbagi menjadi dua aliran yaitu Basrah dan Kufah. Perbedaan dari kedua aliran
ini adalah Basrah mengikuti konsep analogi, yaitu bahasa merupakan sistem yang
teratur atau regular. Sedangkan kufah berpendapat bahwa bahasa itu tidak
teratur atau ireguler. Tokoh-tokoh yang menerbitkan karya pada zaman ini adalah
Sibawaihi dengan karya Kitab al Ayn.
6). Kajian ilmu linguistik di Indonesia
Pada
akhir abad ke-19 dan 20 penelitian bahasa-bahasa yang terdapat di Indonesia
dilakukan oleh para kolonialis demi kepentingan informasi. Penelitian bahasa
pada zaman kolonial sifatnya berupa observasi dan klasifikasi; belum bersifat
ilmiah. Para tokoh yang melakukan penelitian tersebut adalah Van der Tuuk yang
menyusun Hukum Van der Tuuk, dan selanjutnya diikuti oleh para tokoh sarjana belanda
lainnya.
Lalu, sekitar tahun tujuh puluh
dan delapan puluhan, proses penelitian pendeskripsian bahasa-bahasa daerah di
Indonesia dilanjutkan oleh para ahli bahasa di Indonesia yang dilakukan di
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (Pusat Bahasa). Dan pengaruh linguistik
modern yang dibawa oleh Ferdinand de Saussure dan Noam Chomsky pun sampai ke
Indonesia meskipun berbenturan dengan paham lama linguistik tradisional orang
Indonesia. Para tokoh linguistik Indonesia di antaranya adalah A.M. Moeliono,
Harimurti Kridalaksana, dan Gorys Keraf.
Dan
yang terakhir yang termasuk ke dalam linguistik tradisional adalah masa
menjelang lahirnya linguistik modern. Dalam masa ini ada satu tonggak
yang sangat penting dalam sejarah studi bahasa, yaitu dinyatakan adanya
hubungan kekerabatan antara bahasa Sanskerta dengan bahasa-bahasa Yunani, Latin
dan bahasa-bahasa Jerman lainnya. Dalam pembicaraan mengenai linguistik
tradisional di atas, maka secara singkat dapat dikatakan, bahwa :
a) Pada tata bahasa tradisional ini
tidak dikenal adanya perbedaan antara bahasa ujaran dengan bahasa tulisan;
b) Bahasa yang disusun tata bahasanya
dideskripsikan dengan mengambil patokan-patokan dari bahasa lain, terutama
bahasa Latin;
c) Kaidah-kaidah bahasa dibuat secara
prekriptif, yakni benar atau salah;
d) Persoalan kebahasaan seringkali
dideskripsikan dengan melibatkan logika;
e) Penemuan-penemuan atau kaidah-kaidah
terdahulu cenderung untuk selalu dipertahankan.
BAB IV
Linguistik Dan Tata Bahasa
A. Linguistik struktural
Linguistik
strukturalis berusaha mendiskripsikan suatu bahasa berdasarkan ciri atau sifat
khas yang dimiliki bahasa itu. Berikut ini merupakan tokoh dan aliran
linguistik strukturalis.
Pertama,
Ferdinand de Saussure. Ferdinand de Saussure (1857 – 1913) dianggap sebagai
bapak linguistik modern berdasarkan pandangan-pandangan yang dimuat dalam
bukunya Course de Linguistique Generale yang disusun dan diterbitkan oleh
Charles Bally dan albert Sechehay tahun 1915.
Pandangan
yang dimuat dalam buku tersebut mengenai konsep :
1) Telaah
sinkronik dan diakronik
Telaah
bahasa secara sinkronik adalah mempelajari suatu bahasa pada suatu kurun waktu
tertentu saja. Sedangkan telaah bahasa secara diakronik adalah telaah bahasa
sepanjang masa, atau sepanjang zaman bahasa itu digunakan oleh para penuturnya.
2) Perbedaan La Langue dan La Parole
La Langue adalah keseluruhan sistem tanda
yang berfungsi sebagai alat komunikasi verbal antara para anggota suatu
masyarakat bahasa, sifatnya abstrak. Sedangkan yang dimaksud dengan La
Parole adalah pemakaian atau realisasi langue oleh masing-masing anggota
masyarakat bahasa; sifatnya konkret karena parole itu tidak lain daripada
realitas fisis yang berbeda dari orang yang satu dengan orang yang lain.
3) Perbedaan signifiant dan signifie
Signifiant
adalah citra bunyi atau kesan
psikologis bunyi yang timbul dalam pikiran kita, sedangkan signifie
adalah pengertian atau kesan makna yang ada dalam pikiran kita.
4) Hubungan sintagmatik dan paradigmatif
Hubungan
sintagmatik
adalah hubungan antara unsur-unsur yang terdapat dalam suatu tuturan, yang
tersusun secara berurutan, bersifat linear. Sedangkan hubungan paradigmatik
adalah hubungan unsur-unsur yang terdapat dalam suatu tuturan dengan
unsur-unsur sejenis yang tidak terdapat dalam tuturan yang bersangkutan.
Kedua,
Aliran praha terbentuk pada tahun 1926 atas prakarsa salah seorang
tokohnya, yaitu Vilem Mathesius (1882 – 1945). Dalam bidang fonologi aliran
Praha inilah yang pertama-tama membedakan dengan tegas akan fonetik dan
fonologi. Fonetik mempelajari bunyi-bunyi itu sendiri, sedangkan fonologi
mempelajari fungsi bunyi tersebut dalam suatu sistem.
Ketiga,
Aliran Glosematik lahir di Denmark, tokohnya antara lain : Louis Hjemslev (1899
– 1965), yang meneruskan ajaran Ferdinand de Saussure. Hjemslev juga menganggap
bahasa sebagai suatu sistem hubungan, dan mengakui adanya hubungan sintagmatik
dan hubungan paradigmatik.
Keempat,
aliran firthian, nama John R. Firth (1890 – 1960) guru besar pada Universitas
London sangat terkenal karena teorinya mengenai fonologi prosodi. Karena
itulah, aliran yang dikembangkannya dikenal dengan nama aliran Prosodi.
Kelima,
aliran sistemik, nama aliran linguistik sistemik tidak dapat dilepaskan
dari nama M.A.K Halliday, yaitu salah seorang murid Firth yang mengembangkan
teori Firth mengenai bahasa, khususnya yang berkenaan dengan segi
kemasyarakatan bahasa. Sebagai penerus Firth dan berdasarkan karangannya Categories
of the Theory of Grammar, maka teori yang dikembangkan oleh Halliday
dikenal dengan nama Neo-Firthian Linguistics atau Scals and Category
Linguistics. Namun kemudian ada nama baru, yaitu Systemic Linguistics
(SL).
Keenam,
Leonard Bloomfield dan strukturalis Amerika. Beberapa faktor yang menyebabkan
berkembangnya aliran strukturalisme :
1. Pada masa itu para linguis di
Amerika menghadapi masalah yang sama, yaitu banyak sekali bahasa Indian di
Amerika yang belum diperlukan.
2. Sikap Bloomfield yang menolak
mentalistik sejalan dengan iklim filsafat yang berkembang pada masa itu di
Amerika, yaitu filsafat behaviorisme.
3. Diantara linguis-linguis itu ada
hubungan yang baik, karena adanya The Linguistics Society of America,
yang menerbitkan majalah Language; wadah tempat melaporkan hasil kerja
mereka.
Ciri
aliran strukturalis Amerika ini adalah cara kerja mereka yang sangat menekankan
pentingnya data yang objektif untuk memberikan suatu bahasa.
Ketujuh
adalah Aliran Tagmemik. Aliran ini dipelopori oleh Kenneth L. Price, seorang
tokoh dari Summer Institute of Linguistics, yang mewarisi pandangan-pandangan
Bloomfeld, sehingga aliran ini juga bersifat strukturalis, tetapi juga
antropologis. Menurut aliran ini satuan dasar dan sintaksis adalah tagmem.
Tagmem adalah korelasi antara fungsi gramatikal atau slot dengan sekelompok
bentuk-bentuk kata yang dapat saling diperlukan untuk mengisi slot tersebut.
B. Linguistik
Tranformasional dan Aliran-aliran Sesudahnya
Dunia
ilmu termasuk linguistik, bukan merupakan kegiatan yang statis, melainkan
merupakan kegiatan yang dinamis, berkembang terus menerus sesuai dengan filsafat
ilmu itu sendiri yang selalu mencari kebenaran yang hakiki.
C. Tata Bahasa Transformasi
Ahli
linguistik yang cukup produktif dalam membuat buku adalah Noam Chomsky. Sarjana
inilah yang mencetuskan teori transformasi melalui bukunya Syntactic Structures
(1957), yang kemudian disebut classical theory. Dalam perkembangan
selanjutnya, teori transformasi dengan pokok pikiran kemampuan dan kinerja yang
dicetuskannya melalui Aspects of the Theory of Syntax (1965) disebut standard
theory. Karena pendekatan teori ini secara sintaktis tanpa menyinggung
makna (semantik), teori ini disebut juga sintaksis generatif (generative
syntax). Pada tahun 1968 sarjana ini mencetuskan teori extended standard
theory. Selanjutnya pada tahun 1970, Chomsky menulis buku generative
semantics; tahun 1980 government and binding theory; dan tahun 1993 Minimalist
program.
Setiap
tata bahasa dari suatu bahasa, menurut Chomsky adalah merupakan teori dari
bahasa itu sendiri; dan tata bahasa itu harus memenuhi dua syarat, yaitu:
1)
Kalimat yang dihasilkan oleh tata bahasa itu harus dapat diterima oleh pemakai
bahasa tersebut, sebagai kalimat yang wajar dan tidak dibuat-buat.
2)
Tata bahasa tersebut harus berbentuk sedemikian rupa, sehingga satuan atau
istilah yang digunakan tidak berdasarkan pada gejala bahasa tertentu saja, dan
semuanya ini harus sejajar dengan teori linguistik tertentu.
D. Semantik Generatif
Menjelang
dasawarsa tujuh puluhan beberapa murid dan pengikut Chomsky, antara lain
Pascal, Lakoff, Mc Cawly, dan Kiparsky, sebagai reaksi terhadap Chomsky,
memisahkan diri dari kelompok Chomsky dan membentuk aliran sendiri. Kelompok
Lakoff ini, kemudian terkenal dengan sebutan kaum Semantik generatif.
Menurut
semantik generatif, sudah seharusnya semantik dan sintaksis diselidiki bersama
sekaligus karena keduanya adalah satu.
E. Tata Bahasa Kasus
Tata
bahasa kasus atau teori kasus pertama kali diperkenalkan oleh Charles J.
Fillmore dalam karangannya berjudul “The Case for Case” tahun 1968 yang dimuat
dalam buku Bach, E. dan R. Harms Universal in Linguistic Theory,
terbitan Holt Rinehart and Winston.
Dalam
karangannya yang terbit tahun 1968 itu Fillmore membagi kalimat atas (1)
modalitas, yang bisa berupa unsur negasi, kala, aspek, dan adverbia; dan (2)
proposisi, yang terdiri dari sebuah verba disertai dengan sejumlah kasus. Yang
dimaksud dengan kasus dalam teori ini adalah hubungan antara verba dengan
nomina.
F. Tata Bahasa Relasional
Tata
bahasa relasional muncul pada tahun 1970-an sebagai tantangan langsung terhadap
beberapa asumsi yang paling mendasar dari teori sintaksis yang dicanangkan oleh
aliran tata bahasa transformasi.
BAB V
Aspek-Aspek Linguistik Di Indonesia
A. Tentang Linguistik di Indonesia
Hingga
saat ini bagaimana studi linguistik di Indonesia belum ada catatan yang
lengkap, meskipun studi linguistik di Indonesia sudah berlangsung lama dan
cukup semarak. Pada awalnya penelitian bahasa di Indonesia dilakukan oleh para
ahli Belanda dan Eropa lainnya, dengan tujuan untuk kepentingan pemerintahan kolonial.
Pendidikan formal linguistik di fakultas sastra (yang jumlahnya juga belum
seberapa) dan di lembaga-lembaga pendidikan guru sampai akhir tahun lima
puluhan masih terpaku pada konsep-konsep tata bahasa tradisional yang sangat
bersifat normatif. Perubahan baru terjadi, lebih tepat disebut perkenalan
dengan konsep-konsep linguistik modern. Pada tanggal 15 November 1975, atas
prakarsa sejumlah linguis senior berdirilah organisasi kelinguistikan yang
diberi nama Masyarakat Linguistik Indonesia (MLI). Anggotanya adalah para
linguis yang kebanyakan bertugas sebagai pengajar di perguruan tinggi negeri
atau swasta dan di lembaga-lembaga penelitian kebahasaan. Penyelidikan terhadap
bahasa-bahasa daerah Indonesia dan bahasa nasional Indonesia, banyak pula dilakukan
orang di luar Indonesia. Misalnya negeri Belanda, London, Amerika, Jerman,
Rusia, dan Australia banyak dilakukan kajian tentang bahasa-bahasa Indonesia.
Sesuai dengan fungsinya sebagai bahasa nasional, bahasa persatuan, dan bahasa
negara maka bahasa Indonesia tampaknya menduduki tempat sentral dalam kajian
linguistik dewasa ini, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Pelbagai
segi dan aspek bahasa telah dan masih menjadi kajian yang dilakukan oleh banyak
pakar dengan menggunakan pelbagai teori dan pendekatan sebagai dasar analisis.
Dalam kajian bahasa nasional Indonesia, di Indonesia tercatat nama-nama seperti
Kridalaksana, Kaswanti Purwo, Dardjowidjojo, dan Soedarjanto, yang telah
menghasilkan tulisan mengenai pelbagai segi dan aspek bahasa Indonesia.
B. Kajian Fonologi
Bahasa
adalah sistem tanda bunyi yang disusun berdasarkan kesepakatan bersama yang
digunakan sebagai alat komunikasi dalam rangka menjalankan interaksi sosial.
Interaksi yang dapat terjadi dapat menggunakan :
A bunyi → verbal
A tulis → lambang terhadap bunyi
A bunyi → verbal
A tulis → lambang terhadap bunyi
Beberapa
dasar tentang berbahasa :
Bebicara → bunyi
Mendengarkan → menyimak
Menulis → lambang
Membaca → memahami lambing
Bebicara → bunyi
Mendengarkan → menyimak
Menulis → lambang
Membaca → memahami lambing
C. Defenisi Fonologi
Fonologi
ialah bagian dari ilmu bahasa yang mempelajari tata bunyi/kaidah bunyi dan cara
menghasilkannya. Mengapa bunyi dipelajari? Karena wujud bahasa yang
paling primer adalah bunyi. Bunyi adalah Getaran udara yang masuk ke telinga
sehingga menimbulkan suara.
Bunyi
bahasa adalah bunyi yang dibentuk oleh tiga faktor, yaitu pernafasan (sebagai
sumber tenaga), alat ucap (yang menimbulkan getaran), dan rongga pengubah
getaran (pita suara). Fonologi dibedakan menjadi, fonetik dan fonemik. Didalam
fonologi terdapat istilah fonem, fon, dan alofon. Fonem adalah satuan bunyi
terkecil yang masih abstrak atau yang tidak diartikulasikan. Fonem merupakan
aspek bahasa pada aspek langue (istilah de Sausure), misalnya /t/. /d/,
/c/. Fon adalah realisasi dari fonem (parole), atau bunyi yang
diartikulasikan (diucapkan) misalnya {lari}. Alofon adalah perbedaan bunyi yang
tidak menimbulkan perbedaan makna, misalnya /i/ dan /I/ dalam
/menangIs/.
Bunyi
Vokal : bunyi yang tidak mengalami hambatan di daerah artikulator.
Disebut juga huruf hidup karena dapat berdiri sendiri dan dapat
menghidupkan konsonan. Terdiri dari : a, i, u, e, o. Diftong → au, ai, oi.
D. Klasifikasi vokal :
Berdasarkan bentuk bibir
· Vokal bulat → a, o, u
· Vokal lonjong → i, e
Berdasarkan
tinggi rendah lidah
· Tinggi → i
· Tengah → e
· Bawah → a
· Tinggi → i
· Tengah → e
· Bawah → a
Berdasarkan
maju mundurnya lidah
· Depan → i, a
· Tengah → e
· Belakang → o
· Depan → i, a
· Tengah → e
· Belakang → o
E. Bunyi Konsonan
Bunyi
Konsonan adalah bunyi yang mengalami hambatan dalam pengucapan.
F. Pembentukan konsonan
a)
Bilabial : pembentukan konsonan oleh 2 bibir. (b, p, m)
b)
Apikodental : pembentukan konsonan oleh ujung lidah dan gigi (t, d, h)
c)
Labiodental : pembentukan konsonan oleh gigi dan bibir (f, v)
d)
Palatal : lidah – langit-langit keras (c, j)
e)
Velar : belakang lidah – langit-langit lembut (k,g)
f)
Hamzah (glottal stop) : posisi pita suara tertutup sama sekali.
g)
Laringal : pita suara terbuka lebar, udara keluar melalui geseran.
BAB VI
PENUTUP
Kesimpulan
Dewasa
ini, perkembangan linguistik sangat pesat. Aspek lain yang berkaitan dengan
bidang-bidang kajian bahasa juga berkembang. Kajian tentang bahasa tidak hanya
meliputi satu aspek saja, tetapi telah meluas ke bidang atau aspek-aspek di
luar bahasa yang berkaitan dengan penggunaan bahasa dan kehidupan manusia.
Teori
linguistik merupakan cabang linguistik yang memusatkan perhatian pada teori
umum dan metode-metode umum dalam penelitian bahasa. Cabang linguistik bisa
terbagi atas fonologi, morfologi, sintaksis, dan Semantik. Dari uraian tersebut
dapat disimpulkan bahwa kajian tentang linguistik lanjut sangat luas dan
menarik untuk diperbincangkan di kesempatan berikutnya.
Daftar Pustaka
Alwasilah,
A.Chaedar. 1993. Linguistik Suatu Pengantar. Bandung: Angkasa Bandung
Alwi,
Hasan, dkk. 2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka
Arifin,
Zaenal dan Junaiyah. 2007. Morfologi: Bentuk, Makna, dan Fungsi.
Jakarta: Grasindo
Chaer,
Abdul. 1994. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta
Chaer,
Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta
Cahyono,
Bambang Yudi. 1994. Kristal-Kristal Ilmu Bahasa. Surabaya: Airlangga
University Press
De
Saussure, Ferdinand. 1973/1988. Pengantar Linguistik Umum. Terjemahan Cours
de Linguistique Generale oleh Rahayu S. Hidayat. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press
Finoza,
Lamuddin. 2006. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia
I.G.N. Oka
dan Suparno. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Dirjendikti Depdikbud
Keraf,
Gorys. 1993. Komposisi. Flores: Nusa Indah
Kushartanti,
Untung Yuwono dan Multamia RMT Lauder. 2005. Pesona Bahasa Langkah Awal
Memahami Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Matthews,
Peter. 1997. The Concise Oxford Dictionary of Linguistics. Oxford:
Oxford University Press
Muslich,
Masnur. 2008. Fonologi Bahasa Indonesia Tinjauan Deskriptif Sistem Bunyi Bahasa
Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara
Oka, I.G.N
dan Suparno. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi Depdikbud
Ramlan, M.
1996. Sintaksis. Yogyakarta: CV Karyono
Verharr,
J.W.M. 2008. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press
Posting Komentar
komentar harus sopan