analisis puisi
NAMA :
SIGIT PAMUNGKAS
NIM :
12003200
KELAS :
D
MATA KULIAH :
PENULISAN KARYA SASTRA
Percakapan Malam Hujan
Hujan, yang mengenakan mantel,
sepatu panjang, dan payung, berdiri di samping tiang listrik.
Katanya kepada lampu jalan,
“Tutup matamu dan tidurlah.
Biar kujaga malam.”
“Kau hujan memang suka serba
kelam serba gaib serba suara desah;
asalmu dari laut, langit, dan
bumi;
kembalilah, jangan menggodaku
tidur.
Aku sahabat manusia. Ia suka
terang.”
~*Sapardi Djoko Damono*~
[Hujan Bulan Juni, 1973]
Menganalisis
unsur puisi dan bagaimana seorang Sapardi Djoko Darmono menciptakan diksi,
sebagai seorang “empunya” sajak tersebut. Barangkali, sebagai prakata awal,
saya pribadi sebelumnya kerap membaca karya beliau sudah cukup banyak, hal itu
berawal dari kegemaran dan hasrat saya akan buku puisi. Dan, salah satu
diantarnya sajak “Percakapan Malam Hujan” Milik Sapardi. Unsur
pembangun puisi sebagai langkah seorang penyair menciptakan sajak. Tidak
terlepas dari unsur fisik dan unsur
batin. Salah satu unsure fisik adalah imaji, secara visual, Sapardi
telah mampu membuat hujan dan malam seakan
seperti benda hidup yang divisualisasikan seperti manusia “Kau hujan memang suka serba
kelam serba gaib serba suara desah” . kembalilah, jangan menggodaku tidur.
Dalam pemilihan Diksi,
perbendaharaan kata Sapardi banyak menggunakan bahasa yang figuratif. Imajinasi
pembaca, dapat terbawa oleh sugesti “magis” yang kerap disuguhkan
penyair ke dalam sajaknya. Sapardi mampu menjadikan “Hujan” sebagai simbol
puitik yang menggambarkan momentum dalam karya-karyanya yang melegenda. Makna “Hujan”
yang secara bahasa adalah jatuhnya air dari langit secara ilmu geografi. Dapat
diputar balikan makna (semantik) oleh penyair, bahwa hujan menimbulkan
kerinduan dan kegelisahan.
Aspek yang kedua, adalah unsur batin dalam
sajak. Diantaranya adalah Tema, dalam sajak di atas. Rupanya Sapardi ingin
menjadikan hujan sebagi makna kerinduan akan ketenangan yang luar biasa. Kemudian rasa, suasana emotif dalam sajak
tersebut tergambar suatu bentuk “Nyaman” yang sesungguhnya. Terbebas
dari segala keluh kesah, terlepas dari segala penat. Seperti halnya hujan yang
dapat membuat sejuk namun tatkala hujan belum turun, petir, kabut ataupun
langit yang mendung datang menghampiri.
Posting Komentar
komentar harus sopan